^^

I am....

Foto saya
Yogyakarta, DIY, Indonesia
I live Journalistic, I speak Music, I write Paintings, I breath Words. Find me on Instagram as tamikira ! :)
Diberdayakan oleh Blogger.

I love my dad

I love my dad

I love my Mom

I love my Mom



Jumat, 14 Juni 2013

KUSTA, RSK DR. SITANALA, DAN NIKAH MASSAL (3)

.............


Akhirnya istri itu tidak jadi bercerai dengan suaminya. Ia merawat dan memperhatikan suaminya senantiasa. Bahkan kini, hidup mereka lebih bahagia.

“Kita harus kasih pengertian kepada pasien dan keluarganya. Supaya pasien (kusta) tidak terbuang,” ia mengakhiri cerita suami istri itu sambil tersenyum.

Sudahkah Anda menerima mereka?
Sudahkah Anda menghargai mereka?
Sudahkah Anda menyemangati mereka?


***

Apa istimewanya?
“Rumah sakit itu dulu pernah didatangi Lady Diana.” (Deonisia Arlinta, Mahasiswa)
RS-nya...deket rumah di Tangerang...bersih dan rapi walau bangunan tua..sering buat lokasi shooting...beberapa film horor juga dibuat di situ....” (Mahendra, masyarakat)

RUMAH Sakit Kusta terbesar se-Asia Tenggara. Ya. Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Banyak penderita kusta yang di kirim ke sana.
Diana Frances Spencer, atau yang lebih akrab disebut Lady Diana mengunjungi rumah sakit ini pada 1989. Ia pun tidak ragu bersalaman dengan beberapa penderitanya. Karena kedatangan istri Pangeran Charles ini, RSK Dr. Sitanala sempat menjadi sorot perhatian masyarakat.
Selain dua hal di atas, ada beberapa hal lagi yang membuat rumah sakit kusta ini istimewa. Kerja bakti. Kegiatan-kegiatan pasien. Nikah massal.

Kalo sekarang ga ada kegiatan. Kalo dulu rumah sakit khusus Sitanala itu banyak (pasien) main bola, tenis-tenis meja,” kata ibu Elisabet, “Dulu sebulan sekali kerja bakti.”

Ada motivasi-motivasi yang mendorong pasien kusta untuk sembuh dan melanjutkan hidup di luar sana. Apakah itu? Ya. Ingin membesarkan anak-anak mereka. Bagaimana bisa? Inilah ceritanya…..

            Pasien kusta juga manusia. Mereka memiliki ketertarikan kepada lawan jenis. Di rumah sakit ini, mereka terkena ‘cinta lokasi’. Ya. Pasien kusta ada yang masih muda-muda. Ibu Elisabet bercerita tentang mereka yang saling jatuh cinta. Pasien-pasien kusta berkenalan satu sama lain. Saling mengobrol. Saling suka.

“Di sini pasiennya kalo muda, kalo anak-anak muda, mereka suka pacaran gitu. Nanti kawin massal,” cerita ibu Elisabet, “Dulu suka sama suka terus dikawinkan massal. Nanti mereka punya anak, tidak mau mati lagi. Sebelum itu pada mati-mati terus.”

Pada dasarnya sikap ini manusiawi. Rasa saling menyayangi. Keinginan tetap hidup untuk anak-anak mereka.

Ibu Elisabet juga bercerita tentang alasan diadakannya nikah massal, “Dari pada terjadi hal-hal gak diinginkan (kumpul kebo, berzinah, dll) maka pihak rumah sakit menikahkan mereka secara massal.”

             Apabila pasien yang mengikuti nikah massal masih berada pada tahap perawatan, suami istri itu harus tinggal terpisah, sesuai dengan ruangan perawatannya. Setelah sembuh, barulah mereka keluar dari rumah sakit dan hidup bersama. Di belakang rumah sakit, ada sebuah pemukiman yang berisi penderita-penderita kusta yang sudah sembuh. Lahan itu milik rumah sakit, namun dipakai oleh mereka karena rumah sakit belum membutuhkannya. Kegiatan nikah massal ini terakhir dilakukan pada tahun 2000. Hal ini dikarenakan penurunan jumlah pasien yang ada di RSK Dr. Sitanala.

Cerita penderita kusta. Cerita perawat. Cerita rumah sakit. Motivasi. Semangat. Harapan. Cinta. Manusia.

“Prinsip saya pas pertama masuk itu (adalah) kerja, saya gak memikirkan (kusta) menular,” kenang ibu Elisabet, “Kalau saya merawat mereka, Tuhan pasti gak kasih menular. Itu prinsip saya.”

            Kusta, kematian, dan nikah massal. Tidak lupa, sosok perawat yang senantiasa melayani para penderitanya. Jatuh bangun, suka dan duka. Che Guevara juga pernah berkata pada salah satu penderita kusta, “You gotta fight for every breath, and tell death to go to hell. (Ya, [hidup] memang sangat mengecewakan, tapi kita harus berjuang untuk setiap napas kita dan bilang pada kematian untuk enyah).”

***


Ga takut, Neng?” sapa seorang pasien kusta lanjut usia. Saat itu saya dan Intan, seorang teman kuliah, melewati koridor ruang perawatan Seruni, ruang rawat pasien kusta wanita di RSK Dr. Sitanala.


Jika ditanya seperti itu, apa jawab yang akan Anda berikan kepadanya?






SELESAI........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar