^^

I am....

Foto saya
Yogyakarta, DIY, Indonesia
I live Journalistic, I speak Music, I write Paintings, I breath Words. Find me on Instagram as tamikira ! :)
Diberdayakan oleh Blogger.

I love my dad

I love my dad

I love my Mom

I love my Mom



Selasa, 19 Maret 2013

"JADI, PALING ENAK ITU JADI WIRAUSAHA!"


“JADI, PALING ENAK ITU JADI WIRAUSAHA!”

Maria Meidiatami Kira
(11140110018)



Oi, minggir….minggir….kasih jalan!” ujar lelaki di depan saya.
Lengannya besar namun tidak kekar. Kemejanya hitam. Celana panjangnya dari kain. Hitam.
Siapa sosok yang dijaganya? Ya. Tentu saja. Tubuhnya kurus. Kulitnya sawo matang. Kemeja putih lengan panjang. Senyum lebar menampakkan gigi putih yang tidak terlalu rapi. Ia Gubernur DKI, Jokowi.
            Baris keempat dari depan panggung, paling ujung, di sana kursi tempat saya duduk. Riuh rendah peserta yang datang hari itu menghantar sang Gubernur. Saya beruntung, saat itu.

Jokowi lewat! Beliau dekat tapi dijaga ketat. Duh! Salaman gak, ya? Salaman gak, ya?


Batin saya bergejolak. Telapak tangan ini sudah bersiap melayangkan sebuah salam yang entah akan digubris atau tidak.
***
            “Siap, laksanakan!” kata Joko “Jokowi” Widodo. Ujung telapak tangannya menempel di pelipis, badannya ditegapkan. Bagai pendongeng piawai, Jokowi bercerita tentang pengalamannya menjadi inspektur upacara dalam acara pengesahan dirinya sebagai Gubernur DKI Jakarta.
 
“Selamat nih, saya. Tapi, pas pembubarannya, saya gak selamat,” katanya sambil meringis mengingat sikap hormatnya yang tidak kunjung berakhir. Ia menunggu aba-aba, padahal ialah yang seharusnya menyelesaikan hormat duluan. Lalu ia melanjutkan, “Jakarta itu yo klirune itu tadi, kerja masuk di pemerintahan tapi nggak diajari jadi inspektur upacara.”

Prok! Prok! Prok! Prok!  

“Setelah itu, terakhir komandan upacara maju, ‘Lapor! Bla bla bla,’ langsung saya ngomong, ‘BUBARKAN!’ Jengkel saya setelah itu,” paparnya sambil tersenyum tipis, mengingat masa lalu.

Hahahahahahaha!

“Jadi, paling enak itu jadi wirausaha!”

photo by tami kira


           Gubernur asal Solo ini dulunya adalah seorang tukang kayu yang usahanya kini telah berkembang sampai ke manca negara. Mengamplas kayu, bisa. Memaku, bisa. Membuat meja, bisa. Membuat kursi, bisa. Awalnya, ia berjualan dari rumah ke rumah.

 “Saya hapal. Kalau ada tukang yang bikinnya terbalik, saya suruh ulang,” ujarnya.
Ia berkata, di sela tawanya, bahwa sukses itu tidak bisa bekerja seperti orang-orang biasanya. Bekerja itu tidak cukup dari pukul delapan pagi hingga empat sore, kalau perlu, sampai pukul sepuluh malam.

Hahahahahahaha!



            Seorang mahasiswi yang juga mengikuti diskusi enterpreneurship itu terkagum-kagum mendengar pengalaman hidup Jokowi yang jatuh bangun. Namanya Nike. Dia tersenyum.
“Jokowi itu berwibawa banget,” ujarnya, “pengalaman hidupnya dalam berbisnis yang bener-bener dari nol membuat saya semangat mengikuti jejaknya.”
            Tidak hanya Nike, penulis buku “Si Anak Singkong”, Chairul Tanjung, yang hadir juga, pun terkagum-kagum dengan Gubernur DKI Jakarta yang terkenal dengan “Blusukan”nya ini. “Jokowi Gubernur yang spesial,” ujarnya, “sebagai birokrat, ia tetap berjiwa wirausaha.”
***
            Jokowi! Jokowi! Prok! Prok! Prok! Prok!

            Baterai kamera tinggal setengah. Kudapan habis sebagian. Senyuman merekah. Hati gembira. Banyak hal tak terduga dalam dunia wirausaha.
Tukang kayu menjelma birokrat Ibu Kota.

            Hari itu saya bersalaman dengan Jokowi. Ya. Saya digubris.

2 komentar: