Gulita malam disempurnakan oleh listrik yang padam hampir dua jam lamanya
saat “The Conductors” merayap di pikiran. Kilatan bohlam yang perlahan
menyala menjadi tanda, awal yang tepat untuk mulai memberi daya laptop,
membuka file tugas, lalu mengetikkan kata conductor, sebagai pembuka.
con·duc·tor (k n-d k t r)
noun; Music One who directs an orchestra or other such group.
(kata benda; music Orang yang mengaba-aba sebuah orkestra atau grup sejenis
lainnya.)
“The Conducters” bercerita tentang profesi tiga orang. Semuanya
mempersembahkan nada. Semuanya memberikan keindahan. Semuanya
memiliki semangat. Semuanya memberi aba-aba.
1... 2... 3...
la lalalalalala la
Nada dan lirik yang terangkai dalam “Keroncong Kemayoran” menggelegarkan
auditorium Universitas Indonesia. AG Sudibyo, seorang pelatih paduan suara
universitas tersebut mengarahkan ribuan mahasiswa untuk membagi posisi
sesuai suara mereka. Sopran... Alto... Tenor... Bass... Menurutnya, yang
terpenting adalah pembagian suara, lalu mahasiswa bernyanyi sesuai aba-
abanya dalam nada masing-masing.
1... 2... 3...
(bunyi harpa)
(bunyi biola)
(bunyi saksofon)
Instrumen indah tercipta. Mengalunkan lagu “My Heart” yang akan ditampilkan
di Kuala Lumpur, Malaysia. Orang awam mendengar lagu itu sudah sempurna.
Namun tidak dengan orang ini. Ia mengayunkan tongkat aba-abanya secara tidak
beraturan di udara, menyuruh orkestra mengulangi dari awal.
“Memegang tongkat di salah satu tangan tidak langsung membuat orang jadi
conductor,” ujar Addie MS, pemimpin Twilite Orchestra.
1... 2... 3...
AREMA AREMA singo edan
singo edan AREMANIA
singo edan AREMANIA
sekarang AREMA menang
singo edan jadi juara
Tubuh kurus. Atribut sepak bola. Terkadang menggunakan kaca mata hitam.
Nyentrik. AREMA. Yuli Soemphil terlihat memberikan aba-aba kepada ribuan
suporter klub sepak bola asal Malang tersebut.
Secarik kertas dengan lirik dan coret-coretan ada di genggamannya. Ia berdiri di
tiang-tiang stadion untuk mengomandokan yel-yel kepada suporter AREMA.
Perubahan gerakan dan nyanyian yang diberitahukan sang conductor serentak
langsung ditirukan suporter. Menakjubkan memang.
Sekilas bayangan “The Conducters” enam hari yang lalu. Gambar-gambar yang
lumayan jelas dengan pengambilan poin-poin wawancara yang berpengetahuan.
Teknik pengambilan gambar yang banyak menggunakan full shot itu agak tidak
pas. Kadang terlalu dekat. Kadang secara tiba-tiba berubah posisi. Kadang
langsung berganti begitu saja. Tidak terlalu banyak latar belakang suara yang
dipakai untuk mendampingi gambar dalam film ini. Namun, suara-suara alami
yang ada sudah cukup menjadi natural sound yang memberi penjelasan pada
penonton. Terlepas dari segala teknis, film ini memberikan inspirasi.
Tiga orang dengan latar berbeda. Tiga orang dengan pengaruh sama. Tiga orang
yang mempunyai cita-cita. Tiga orang yang memulai semuanya dengan aba-aba:
1... 2... 3...
Angin berhembus dari kiri ke kanan. Pelan-pelan menyapu “The Conductors”
yang kini makin diingat. Kelopak mata sudah berat. File tugas telah ditutup dan
laptop dimatikan. Yang tinggal sekarang hanyalah malam.
“Tak semua orang terlahir jadi pemimpin.”
--The Conducters
Tidak ada komentar:
Posting Komentar