“JADI,
PALING ENAK ITU JADI WIRAUSAHA!”
Maria
Meidiatami Kira
(11140110018)
“Oi, minggir….minggir….kasih jalan!” ujar
lelaki di depan saya.
Lengannya
besar namun tidak kekar. Kemejanya hitam. Celana panjangnya dari kain. Hitam.
Siapa sosok yang dijaganya? Ya. Tentu saja. Tubuhnya kurus.
Kulitnya sawo matang. Kemeja putih lengan panjang. Senyum lebar menampakkan
gigi putih yang tidak terlalu rapi. Ia Gubernur DKI, Jokowi.
Baris keempat dari depan panggung,
paling ujung, di sana kursi tempat saya duduk. Riuh rendah peserta yang datang
hari itu menghantar sang Gubernur. Saya beruntung, saat itu.
Jokowi lewat! Beliau dekat tapi dijaga
ketat. Duh! Salaman gak, ya? Salaman gak, ya?
Batin saya bergejolak. Telapak tangan ini sudah bersiap
melayangkan sebuah salam yang entah akan digubris atau tidak.
***
“Siap,
laksanakan!” kata Joko “Jokowi” Widodo. Ujung telapak tangannya menempel di
pelipis, badannya ditegapkan. Bagai pendongeng piawai, Jokowi bercerita tentang
pengalamannya menjadi inspektur upacara dalam acara pengesahan dirinya sebagai
Gubernur DKI Jakarta.
“Selamat
nih, saya. Tapi, pas pembubarannya,
saya gak selamat,” katanya sambil
meringis mengingat sikap hormatnya yang tidak kunjung berakhir. Ia menunggu
aba-aba, padahal ialah yang seharusnya menyelesaikan hormat duluan. Lalu ia
melanjutkan, “Jakarta itu yo klirune
itu tadi, kerja masuk di pemerintahan tapi nggak
diajari jadi inspektur upacara.”
Prok! Prok! Prok! Prok!
“Setelah
itu, terakhir komandan upacara maju, ‘Lapor! Bla bla bla,’ langsung saya ngomong,
‘BUBARKAN!’ Jengkel saya setelah itu,” paparnya sambil tersenyum tipis,
mengingat masa lalu.
Hahahahahahaha!
“Jadi,
paling enak itu jadi wirausaha!”
photo by tami kira |
Gubernur
asal Solo ini dulunya adalah seorang tukang kayu yang usahanya kini telah
berkembang sampai ke manca negara. Mengamplas kayu, bisa. Memaku, bisa. Membuat
meja, bisa. Membuat kursi, bisa. Awalnya, ia berjualan dari rumah ke rumah.
“Saya hapal. Kalau ada tukang yang bikinnya
terbalik, saya suruh ulang,” ujarnya.
Ia
berkata, di sela tawanya, bahwa sukses itu tidak bisa bekerja seperti
orang-orang biasanya. Bekerja itu tidak cukup dari pukul delapan pagi hingga
empat sore, kalau perlu, sampai pukul sepuluh malam.
Hahahahahahaha!
Seorang mahasiswi yang juga
mengikuti diskusi enterpreneurship itu
terkagum-kagum mendengar pengalaman hidup Jokowi yang jatuh bangun. Namanya
Nike. Dia tersenyum.
“Jokowi
itu berwibawa banget,” ujarnya,
“pengalaman hidupnya dalam berbisnis yang bener-bener
dari nol membuat saya semangat mengikuti jejaknya.”
Tidak hanya Nike, penulis buku “Si
Anak Singkong”, Chairul Tanjung, yang hadir juga, pun terkagum-kagum dengan
Gubernur DKI Jakarta yang terkenal dengan “Blusukan”nya ini. “Jokowi Gubernur
yang spesial,” ujarnya, “sebagai birokrat, ia tetap berjiwa wirausaha.”
***
Jokowi!
Jokowi! Prok! Prok! Prok! Prok!
Baterai kamera tinggal setengah.
Kudapan habis sebagian. Senyuman merekah. Hati gembira. Banyak hal tak terduga
dalam dunia wirausaha.
Tukang
kayu menjelma birokrat Ibu Kota.
Hari itu saya bersalaman dengan
Jokowi. Ya. Saya digubris.
Sukaaaaaaaa bangeeeetttttt!
BalasHapuswaaaaaaah..... makasih banyak, Intan! :')
Hapus