^^

I am....

Foto saya
Yogyakarta, DIY, Indonesia
I live Journalistic, I speak Music, I write Paintings, I breath Words. Find me on Instagram as tamikira ! :)
Diberdayakan oleh Blogger.

I love my dad

I love my dad

I love my Mom

I love my Mom



Selasa, 30 April 2013

ITULAH CERITA SI PENGASUH


ITULAH CERITA SI PENGASUH

Oleh Maria Meidiatami Kira



Timang-timang anakku sayang,
cepatlah tidur, janganlah nakal….
Timang-timang anakku sayang,
mimpi yang indah, nyenyakkan tidurmu….

            Sayup-sayup angin dingin, berbisik, menghantarkan suara girang para bocah sore itu, kepada Ningsih. Engsel ayunan berderit, menemani tawa ceria para balita yang ditemani pengasuhnya. Begitu pula yang dilakukan seorang ibu berusia 30 tahun itu, sehari-hari.
            Rambutnya tipis, hitam, diikat satu. Wajahnya belum berkerut. Lesung pipit di kedua pipinya menjadi saksi bisu suka-duka hidup. Kulitnya sawo matang, sebagian karena terik matahari. Tubuhnya mungil, kurus. Bajunya rapi. Biru muda. Pakaian khas pengasuh.


            Dari kejauhan, tampaklah pemandangan yang tidak asing. Ya. Itulah pekerjaan yang sudah menjadi kegiatan ibu muda asal Brebes ini. Mengasuh balita, di saat putrinya di rumah juga membutuhkan kehadiran sosok ibu yang menjaganya.

Kiri. Kanan. Kiri. Kanan. Kejar ke sana. Kejar ke sini. Dari jalan pelan hingga berlari.

            Kalo kerja rumahan kan sekali selesai ya udah. Kalo jadi pengasuh, istirahatnya paling pas yang dijaga udah tidur,” tutur Ningsih. Matanya yang cekatan melihat-lihat ke arah anak asuhnya yang dua tahun usia.

Ngik…ngik…ngik…

            Matahari sembunyi di balik awan hitam, sore itu, ketika Ningsih mulai mengisahkan perjalanan hidupnya. Suasana dipenuhi tawa. Ia bercerita di permainan kursi putar, di pinggir taman. Hati mendadak pilu mendengar ucapan resah ibu muda ini, “Rasanya gak kuat pas pertama kali. Aku keinget terus sama anakku di rumah. Umurnya beda satu tahun sama anaknya bos. Rasanya sering pingin nangis.”

Ngik…ngik…ngik…

Matanya yang bundar dan besar berkaca-kaca. Angin sore itu menyapu titikan air mata yang tidak jadi berlinang. Membisu. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu dilewatinya dengan menjadi pengasuh, memberi makan, menemani bercerita, menemani bermain, menidurkan anak asuhnya. Semua hal yang seharusnya masih ia lakukan juga untuk anak kandungnya. “Ya mau gimana lagi, ci, ekonomi sulit. Apalagi suamiku cuma jadi supir. Saya harus bantu-bantu biaya hidup keluarga,” kata Ningsih seraya memandang ke sekeliling, menyadari taman yang kini seolah bisu.

Grrrsk….grrrsk….ngik….krek….

            Dunia adalah sama bagi setiap anak-anak, dan Ningsih kecil. Bahagia. Penuh mimpi. Penuh cerita. Sekolah Dasar. Ningsih menikmati indahnya pendidikan hanya sebatas Sekolah Dasar. Tingkatan pendidikan tidak membunuh mimpi Ningsih kecil saat itu. Ia bercita-cita menjadi perawat. Menolong orang sakit. Membantu dokter. Merawat pasien. “Makanya, ci, besok kalo anakku wis gedhe mau tak sekolahin perawat, supaya gak kayak ibu bapaknya,” ucap Ningsih, lirih.

Bila kelak engkau dewasa
sayangi saudara, sayangi sesama
dengan cinta….

            Anak asuh yang terkadang nakal, tidak menurut, suka membuat panik, dan terkadang semaunya sendiri tidak membuat Ningsih berhenti bekerja. Anak yang menunggunya pulang ke rumah adalah motivasi terbesar untuk mengalahkan segala kesulitan yang datang silih berganti. Pagi. Siang. Sore. Malam.

Ngik….ngik….greeeeeek…. Ahahahaha! Ihihihihi!

            Suasana kembali cair. Sore itu kembali ceria. Pandangan mata Ningsih beralih sejenak, mengamati anak asuhnya yang kini ikut bermain di kursi putar. Merah. Kuning. Biru. Ningsih. Anak asuh.
            “Selama ini majikan baik,” kata Ningsih seraya menerawang masa depan yang tidak diketahui ada di hadapannya atau tidak, “yang jadi prinsipku selama ini ya kalo ngerjain sesuatu itu harus selesai.” Harapannya selalu nyata. Mengantarkan keluarganya menuju sejahtera. Menyekolahkan putrinya agar bisa jadi perawat.

Greeeek….greeeek….ngik….

            Seorang anak. Istri. Ibu. Pengasuh anak. Ningsih mengemban tugas-tugas mulia. Kiri. Kanan. Ke sana. Ke sini. Segala sudut rumah dilaluinya demi menjaga anak asuhan. Bayangan putrinya selalu menjadi motivasinya dalam bekerja.

Tunggu ibuk pulang ya, nak. Ibuk pasti pulang.

            Lirih. Namun, senyum bahagia tetap tersungging di wajah ibu muda itu. Ia berjalan, menjauh, mengejar si anak asuh. Suaranya menghilang seiring langkahnya yang teguh. Perlahan sang hidup mulai tertegun, “Itulah cerita si pengasuh.”

Timang-timang anakku sayang,
jangan menangis, bunda bernyanyi….*




*Syair : Timang-Timang Anakku Sayang (Anang & Krisdayanti)


Maria Meidiatami Kira
11140110018
tamikira.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar