Gue
terduduk kenyang (karena habis makan martabak enak) di depan laptop yang
sembari mengeluarkan lagu dan nge-download
film.
Gue
menyesal karena ada beberapa hal yang harusnya udah kelar tapi gak gue
rampungin di kesempatan lalu.
Gue
ngerasa segala hal yang berbau waktu udah terbeli menjadi hal-hal yang kurang
perlu.
Tapi,
hal-hal itu membuat gue menyadari sesuatu.
“Kita hidup di dunia ini berbekal ‘membeli’
waktu.”
Ini
sih cuma pemikiran yang berakar dari imajinasi gue (tambah fakta sedikit) aja.
Guru
Bahasa Indonesia gue pas SMA pernah cerita tentang suatu buku. Buku ini menarik
karena berkisah tentang wahyu seseorang yang mati suri (lupa judulnya apa.
Beneran). Orang ini cerita, katanya di surga itu orang gak bakalan ada yang tua,
muda, kecil, atau besar. Semuanya sama. Derajat sama. Semua wajah bahagia.
Mereka (penghuni surga) bercakap-cakap. (berikut
percakapan ‘seandainya’ saja. Tidak terlalu persis dengan yang di buku
tersebut.)
A :
“Besok (pas hidup di dunia) gue kepingin jadi anak yang bandel. Tapi sebenernya
penyayang. Terus, ntar kita ketemuan ya di sana. Lu kelak bakal jadi istri
gue.”
B :
“Okedeh! Ahahahahaha. Kita ketemuannya ntar di Paris ya!”
A :
“Sip! Nanti anak kita kembar.”
X :
“Oy, Bro! Ntar gue jadi temen sekamar asrama Lu, ya!”
A :
“Bisa diatur! Gue SMAnya ntar di asrama.”
Dsb………
Sejak
di kehidupan sebelum kehidupan di dunia, kita udah berusaha membeli waktu di
bumi. Supaya tidak ada waktu tercecer dan menyimpang dari yang sudah
direncanakan. Namun, kehidupan di bumi juga tidak sepenuhnya berjalan tanpa
kerikil yang membuat tersendat-sendat pada suatu kesempatan. Kadang diri kita
yang sudah ada di dunia memiliki waktu luang (seperti waktu ‘on sale’) yang
tidak terbeli di kala itu. Secara tidak sadar kita membeli waktu ‘on sale’
untuk hal-hal yang kurang perlu, seperti : menghabiskan pagi hari (libur)
dengan bangun siang, aktivitas ‘hanya’ di depan laptop seharian, mengisi libur
hanya dengan menonton saja (ini kayak menasihati diri sendiri jadinya).
Kita
belajar di sekolah, menghabiskan waktu yang ‘terbeli’ berjam-jam.
Kita
hang out bersama teman-teman,
memanfaatkan waktu yang ‘terbeli’ saat itu juga.
Hidup
menjual waktunya bagaikan sebuah kedai souvenir
pecah belah. “RUSAK/ PECAH BERARTI MEMBELI.” Begitu juga dengan waktu. Misalnya
gue nih ya. Gue berhak memilih di saat senggang mau ngapain. Gue bisa berbuat
suatu yang berarti. Tapi, di saat itu, gue ‘merusak’ fungsi waktu senggang itu.
Waktu malah gue pake buat mantengin laptop. Stay
tune sama social media.
Hidup
juga memiliki aturan seperti sebagian toko-toko yang ‘tegas’. “BARANG YANG
SUDAH DIBELI TIDAK DAPAT DIKEMBALIKAN.” Saat gue mulai menyesali perilaku
mantengin laptop dan berharap bisa melakukan hal berarti di saat itu, gue udah
terlambat sepenuhnya. Waktu gue yang ‘terbeli’ itu gak bisa gue kembalikan. There’s no prestige time!
Maka
dari itu, gue cuma bisa kasih pesan yang berasal dari hidup untuk kalian semua.
Pesan ini mirip dengan yang disampaikan di pesawat terbang. “PERIKSALAH BARANG
BAWAAN ANDA, JANGAN SAMPAI ADA YANG TERTINGGAL.” Rajin-rajinlah memeriksa
waktu. Perlakukanlah dia seperti batu mulia (yang kalo dijual bisa buat beli
motor baru). Lakukanlah hal-hal berarti dan jangan sampai meninggalkan suatu
kejadian berharga setiap harinya.
Gue
bukan orang yang bijaksana. Tapi, kadang-kadang di benak gue terlintas
pemikiran yang gue anggap kalian semua perlu mengetahuinya. Paling enggak,
dengan membaca tulisan ini, kalian nggak bakalan nyesel sama waktu yang ‘terbeli’
di kemudian hari.
KARENA
DI BEBERAPA KEADAAN DAN KESEMPATAN, SUATU YANG ‘TERBELI’ ITU TIDAK BISA
DIKEMBALIKAN LAGI.
- sekian
-
Gue masih terduduk kenyang di depan laptop
gue. Tapi, gue udah move on dan
sadar, Coy! Gue mulai ngetik ilham dan unek-unek gue tentang waktu. Gue buka Microsoft
Word. New Document. “Waktu Yang 'Terbeli'”
…………..
Bakalan tambah miris (misalnya) nanti jadi kayak di film In Time haha
BalasHapus