^^

I am....

Foto saya
Yogyakarta, DIY, Indonesia
I live Journalistic, I speak Music, I write Paintings, I breath Words. Find me on Instagram as tamikira ! :)
Diberdayakan oleh Blogger.

I love my dad

I love my dad

I love my Mom

I love my Mom



Selasa, 19 November 2013

ABA-ABA

Gulita malam disempurnakan oleh listrik yang padam hampir dua jam lamanya saat “The Conductors” merayap di pikiran. Kilatan bohlam yang perlahan menyala menjadi tanda, awal yang tepat untuk mulai memberi daya laptop, membuka file tugas, lalu mengetikkan kata conductor, sebagai pembuka.


con·duc·tor (k n-d k t r)

noun; Music One who directs an orchestra or other such group.
(kata benda; music Orang yang mengaba-aba sebuah orkestra atau grup sejenis lainnya.)



“The Conducters” bercerita tentang profesi tiga orang. Semuanya mempersembahkan nada. Semuanya memberikan keindahan. Semuanya memiliki semangat. Semuanya memberi aba-aba.


1... 2... 3...

la lalalalalala la

Nada dan lirik yang terangkai dalam “Keroncong Kemayoran” menggelegarkan auditorium Universitas Indonesia. AG Sudibyo, seorang pelatih paduan suara universitas tersebut mengarahkan ribuan mahasiswa untuk membagi posisi sesuai suara mereka. Sopran... Alto... Tenor... Bass... Menurutnya, yang terpenting adalah pembagian suara, lalu mahasiswa bernyanyi sesuai aba- abanya dalam nada masing-masing.

1... 2... 3... 
(bunyi harpa) 
(bunyi biola) 
(bunyi saksofon)

Instrumen indah tercipta. Mengalunkan lagu “My Heart” yang akan ditampilkan di Kuala Lumpur, Malaysia. Orang awam mendengar lagu itu sudah sempurna. Namun tidak dengan orang ini. Ia mengayunkan tongkat aba-abanya secara tidak beraturan di udara, menyuruh orkestra mengulangi dari awal.
“Memegang tongkat di salah satu tangan tidak langsung membuat orang jadi conductor,” ujar Addie MS, pemimpin Twilite Orchestra.


1... 2... 3...

AREMA AREMA singo edan 
singo edan AREMANIA 
sekarang AREMA menang 
singo edan jadi juara



Tubuh kurus. Atribut sepak bola. Terkadang menggunakan kaca mata hitam. Nyentrik. AREMA. Yuli Soemphil terlihat memberikan aba-aba kepada ribuan suporter klub sepak bola asal Malang tersebut.

Secarik kertas dengan lirik dan coret-coretan ada di genggamannya. Ia berdiri di tiang-tiang stadion untuk mengomandokan yel-yel kepada suporter AREMA. Perubahan gerakan dan nyanyian yang diberitahukan sang conductor serentak langsung ditirukan suporter. Menakjubkan memang.

Sekilas bayangan “The Conducters” enam hari yang lalu. Gambar-gambar yang lumayan jelas dengan pengambilan poin-poin wawancara yang berpengetahuan. Teknik pengambilan gambar yang banyak menggunakan full shot itu agak tidak pas. Kadang terlalu dekat. Kadang secara tiba-tiba berubah posisi. Kadang langsung berganti begitu saja. Tidak terlalu banyak latar belakang suara yang dipakai untuk mendampingi gambar dalam film ini. Namun, suara-suara alami yang ada sudah cukup menjadi natural sound yang memberi penjelasan pada penonton. Terlepas dari segala teknis, film ini memberikan inspirasi.

Tiga orang dengan latar berbeda. Tiga orang dengan pengaruh sama. Tiga orang yang mempunyai cita-cita. Tiga orang yang memulai semuanya dengan aba-aba: 1... 2... 3...

Angin berhembus dari kiri ke kanan. Pelan-pelan menyapu “The Conductors” yang kini makin diingat. Kelopak mata sudah berat. File tugas telah ditutup dan laptop dimatikan. Yang tinggal sekarang hanyalah malam.



“Tak semua orang terlahir jadi pemimpin.” 
--The Conducters 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar