^^

I am....

Foto saya
Yogyakarta, DIY, Indonesia
I live Journalistic, I speak Music, I write Paintings, I breath Words. Find me on Instagram as tamikira ! :)
Diberdayakan oleh Blogger.

I love my dad

I love my dad

I love my Mom

I love my Mom



Jumat, 14 Juni 2013

KUSTA, RSK DR. SITANALA, DAN NIKAH MASSAL (3)

.............


Akhirnya istri itu tidak jadi bercerai dengan suaminya. Ia merawat dan memperhatikan suaminya senantiasa. Bahkan kini, hidup mereka lebih bahagia.

“Kita harus kasih pengertian kepada pasien dan keluarganya. Supaya pasien (kusta) tidak terbuang,” ia mengakhiri cerita suami istri itu sambil tersenyum.

Sudahkah Anda menerima mereka?
Sudahkah Anda menghargai mereka?
Sudahkah Anda menyemangati mereka?

KUSTA, RSK DR. SITANALA, DAN NIKAH MASSAL (2)


.........

Oh iya… Bener… Bener…

“Jadi 1001 (perbandingan) orang yang menengah ke atas (untuk terkena kusta).”


Sedikit pasien meninggal. Antara satu sampai sepuluh, hanya tiga yang meninggal, menurut Ibu Elisabet. Yang membuat ngeri hanyalah kecacatan yang ditimbulkan penyakit akibat bakteri Mycobacterium leprae ini. Kusta tidak menyerang lever. Tidak menyerang jantung. Dari seribu pasien, delapan ratus sembuh total, asal rajin menjalani pengobatan. Kusta menyerang saraf tepi. Pasien-pasien yang meninggal adalah mereka yang terkena penyakit komplikasi. Minuman keras. Rokok. Hidup tidak sehat. Tidak bersih. Itulah penyebab-penyebab kematian. Ulah mereka sendiri.
Kusta basah. Kusta kering. Dua jenis kusta. Luka-luka dan bernanah, itu adalah karakteristik kusta basah. Reaksi dan menimbulkan cacat permanen di anggota tubuh, itu adalah karakteristik kusta kering. Mengerikan, namun tidak mematikan.

KUSTA, RSK DR. SITANALA, DAN NIKAH MASSAL (1)


KUSTA, RSK DR. SITANALA, DAN NIKAH MASSAL
Oleh Maria Meidiatami Kira


 “KUSTA susah matinya!” ujar seorang perawat Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala berdarah Sumatera, Ibu Elisabet namanya.

            Mata sayu. Rambut pendek, sebahu. Anting-anting. Gelang. Kalung. Cincin. Silver. Senyum. Senyum sumringah tersungging di wajah ibu yang lahir pada 24 Oktober 1963 yang masih segar itu. Garis-garis halus di tepian matanya lah yang bercerita tentang lika-liku dunia, yang hampir setengah abad ini ia jalani. Seorang ibu dengan dua putri. Seorang Istri.
Saat bercerita, gelak tawa kecilnya yang khas ibu-ibu mewarnai pendapat-pendapat masyarakat yang masih menganggap kusta sebagai sesuatu yang ngeri. Perawat ini seperti Ernesto Che Guevara, seorang calon dokter yang melakukan perjalanan menuju rumah sakit kusta terbesar di San Pablo dengan mengendarai sepeda motor, dalam The Motorcycle Diaries.

Bersama dengan ibu Elisabet


Sabtu, 08 Juni 2013

Kusta Tidak Nista, Kawan. (4) - The Motorcycle Diaries

LEPROPHOBIA, semacam phobia atau ketakutan atau kekhawatiran berlebihan kepada penderita atau penyakit kusta. Mereka yang mengidap Leprophobia akan merasa gatal apabila mendengar, melewati, memandang penderita penyakit yang disebabkan Mycrobacterium leprae itu.

Namun, Leprophobia ini tidak dialami oleh Ernesto Che Guevara dan temannya Alberto Granado.

Bercerita tentang pengalamannya menuju San Pablo, koloni terbesar pengidap kusta, Che menuangkan warna-warni harinya dalam "The Motorcycle Diaries".

Rabu, 05 Juni 2013

Semangat DEADLINE

Ini pos kedua tentang deadline. Ya. Lagi-lagi deadline!

Ga bisa dipungkiri, manusia harus punya motivasi dalam hidupnya. Terkadang, motivasi sendiri membutuhkan dorongan tersendiri untuk mewujudkannya.

Itulah arti hadirnya deadline, berfungsi sebagai dorongan, tekanan, dan motivasi bagi hidup manusia.

Kusta Tidak Nista, Kawan. (3)

RSK Dr. Sitanala ini dulunya adalah rumah sakit kusta terbesar di Asia. Banyak pasien berasal dari luar negeri, seperti India, salah satunya. Kini, negara-negara yang dulunya mengirimkan pasien ke RSK Dr. Sitanala, sudah memiliki rumah sakit kustanya sendiri.

Zaman makin maju dan pengobatan-pengobatan dilakukan kepada penderita kusta. Jumlah penderita yang ada di Indonesia, khususnya di Sitanala sudah jauh menurun.

Dulu, sekitar seratus penderita kusta masuk rumah sakit tiap harinya. Dalam waktu sebulan, ada 1200 lebih pasien yang dirawat di sana.

Rata-rata yang menderita penyakit akibat bakteri Mycobacterium leprae ini berasal dari daerah pesisir dan pegunungan, serta berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Mengapa?

Minggu, 02 Juni 2013

16 Going On 17 Cover (The Sound Of Music)

16 Going On 17 Cover (The Sound Of Music)

Kusta Tidak Nista, Kawan. (2)

"Mereka gak pernah dikunjungi orang lain. Jadi, kalo kalian ke sana (ruang rawat pasien kusta), mereka pasti senang sekali," kata seorang perawat yang sudah lama mengabdi di sana. Ibu Elisabet namanya.

Pasien-pasien penderita kusta ini hanya menghabiskan hari-hari mereka di rumah sakit saja. Di dalam ruang perawatan yang lluas, berjajar tempat tidur-tempat tidur, kira-kira ada dua belas, untuk mereka tidur. Di Seruni, hanya ada empat pasien yang masih menjalani perawatan. Dan ruangan ini dikhususkan untuk pasien perempuan.

Sabtu, 01 Juni 2013

Kusta Tidak Nista, Kawan. (1)

Sabtu ini mendung. Matahari murung. Hanya semangat dan doa yang saya junjung. Bersama teman-teman, Intan dan Mando, saya menelusur jalanan "baru". Sekitar 45 menit perjalanan menuju Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala itu.

Rumah sakit itu nampak kuno, namun ada kesan modern. Warnanya hijau muda, dan bangunannya berbentuk khas Belanda. Halaman luas membuat kami menelusur jalanan rumah sakit itu dengan mengendarai motor.